A.
Sejarah
Perkembangan Terapi Perilaku
Pendekatan
terapi perilaku (behavior therapy) berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa
perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Tokoh yang
melahirkan behavior therapy adalah Ivan Pavlov yang menemukan classical
conditioning atau associative learning. Tokoh lain dalam pendekatan Behavior
Therapy adalah E.L. Thorndike yang mengemukakan konsep operant conditioning,
yaitu konsep bahwa seseorang melakukan sesuatu karena berharap hadiah dan
menghindari hukuman.
Watson dkk selama 1920 melakukan
pengkondisian (conditioning) dan pelepasan kondisi (deconditioning) pada rasa
takut, merupakan cikal bakal terapi perilaku formal.
Terapi
perilaku pertama kali ditemukan pada tahun 1953 dalam proyek penelitian oleh BF
Skinner, Ogden Lindsley, dan Harry C. Salomo. Selain itu termasuk juga Wolpe
Yusuf dan Hans Eysenck. Secara umum, terapi perilaku berasal dari tiga Negara,
yaitu Afrika Selatan (Wolpe), Amerika Serikat (Skinner), dan Inggris (Rachman
dan Eysenck) yang masing-masing memiliki pendekatan berbeda dalam melihat
masalah perilaku. Eysenck memandang masalah perilaku sebagai interaksi antara
karakteristik kepribadian, lingkungan, dan perilaku.
Skinner dkk. di Amerika Serikat
menekankan pada operant conditioning yang menciptakan sebuah pendekatan
fungsional untuk penilaian dan intervensi berfokus pada pengelolaan kontingensi
seperti ekonomi dan aktivasi perilaku.
Ogden Lindsley merumuskan precision
teaching, yang mengembangkan program grafik (bagan celeration) standar untuk
memantau kemajuan klien. Skinner secara pribadi lebih tertarik pada
program-program untuk meningkatkan pembelajaran pada mereka dengan atau tanpa
cacat dan bekerja dengan Fred S. Keller untuk mengembangkan programmed
instruction. Program ini dicoba ke dalam pusat rehabilitasi Aphasia dan
berhasil. Gerald Patterson menggunakan program yang sama untuk mengembangkan
teks untuk mengasuh anak-anak dengan masalah perilaku.
Sebagai salah satu teknik psikoterapi, terapi
perilaku realtif masih sangat muda,baru dipergunakan sejak 30 tahun yang lalu.
Dalam kaitan dengan pengubahan perilaku (behavior modification), terdapat dua
pendapat mengenai terapi perilaku. di dalamperkembangannya, terapi perilaku
sebagai metode yang dipakai untuk mengubah perilakuatau arti umumnya sebagai
salah satu teknik psikoterapi, menurut corey (1991) terdiri dari tiga tahap :
1. Tahap
pertama adalah tahap kondisioning klasik pada mana perilaku yang
baru,dihasilkan dari individu secara pasif. Tokoh-tokoh pada kelompok ini ialah
: Skinner (Science and Human Behavior); A. Lazarus (Behavior Therapy and
Beyond) danEysenck (Behavior Therapy and The Neurosis).
2. Tahap
kedua adalah tahap kondisioning aktif [operant], dimana perubahan-perubahandi
lingkungan yang terjadi akibat sesuatu perilaku, bisa berfungsi sebagai
penguat-ulang [reinforcer] agar sesuatu perilaku bisa terus diperlihatkan,
sehinggakemungkinan perilaku tersebut akan diperlihatkan terus dan semakin
diperkuat.Tokoh utama pada tahap kedua ini adalah Skinner.
3. Tahap
ketiga adalah tahap kognitif. Sebagaimana diketahui bahwa munculnya
terapiperilaku dengan cirri-ciri khas yang bertentangan dengan pendekatan
psikoanalisis,psikodinamik, mengesampingkan konsep berfikir, konsep sikap dan
konsep nilai.
Menurut
Masters, et al (1987) ada beberapa paham dasar pada terapi perilaku, yakni :
a. Dihubungkan
dengan psikoterapi, terapi perilaku secara relative lebih memusatkanpada
perilaku itu sendiri dan kurang memperhatikan factor penyebab yangmendasarinya.
Khususnya psikoanalisi yang bertumpu pada keyakinan bahwa gejalayang muncul
atau terlihat harus dihilangkan dengan menghilangkan sumberpenyebabnya,
akarnya.
b. Perilaku
manusia dalam batas tertentu diperoleh melalui proses belajar, sama
halnyadengan setiap perilaku lain. Pada terapi perilaku, memperhatikan secara
khusus,bagaimana lingkungan mempengaruhi perilaku, antara lain dilihat dari
sudut teori danproses belajar.
c. Dasar-dasar
psikologi, khususnya dasar teori dan proses belajar, dapat dipergunakansecara
sangat efektif dalam mengubah perilaku malasuai. Namun tidak berarti bahwasemua
perilaku malasuai bisa diubah dengan dasar pendekatan bhavioristik karenafactor
biologic masih tetap dianggap.
d. Terapi
perilaku menentukan dan merumuskan tujuan khusus terapi. Meskipun
tidak mengubah kepribadian secara keseluruhan, tetapi dengan menghilangkan
respon-respon yang malasuai (sebagai
sumberny)],
diharapkan akan mempengaruhipeibadinya sebgai keseluruhan (sstotalitas).
e. Terapi
perilaku menolak teori klasik mengenai aspek dasar kepribadian (trait theory). Sebagaimana
diketahui bahwa aspek dasar kepribadian adalah predisposisi
untuk melakukan sesutau perilaku secara sama pada macam-macam situasi. Ada
pengaruhdari situasi sebgai sumber perangsangan (stimulus) yang mempengaruhi
jawabansecara berbeda pula.
f. Terapis
perilaku menyesuaikan metode terapinya dengan masalah yang ada padaklien.dalam
terapi perilaku tidak lagi berlaku konsep metode tunggal dalammenghadapi
persoalan yang dialami pasien.sebaliknya prosedur pelaksanaan terapiperlu
disesuaikan dengan persoalan yang ada dan kondisi khusus pribadinya.
g. Terapi
perilaku memusatkan pada keadaan sekarang.dari sudut pendekatanpsikodinamok
yang menitik beratkan terjadinya pemahaman terhadap kejadian-kejadian yang
sudah lewat diyakininya akan mempunyai efek terapeutik.
h. Terapis
perilaku menilai hasil-hasil yang diperoleh secara empirik,merupakandukungan
yang besar dalam mempergunakan macam-macam teknik.meskipun hasilobjektif
melalui penelitian-penelitian,namun ada tingkatan-tingkatan
misalnya:padakemantapan metodologi yang dipakai,sehingga kuantifikasi
saja,tidak selalumenjamin akan adanya metodologi yang mantap yang menghasilkan
sesuatu hasil penelitian.
Terapi
perilaku bertujuan untuk mengubah perilaku manusia yang bisa diamati dan bisa
diukur. Perubahan-perubahan itu dipilih oleh terapis bersama dengan kliennya.
Karena pendekatan ini bertujuan melihat perubahan perilaku, beberapa problem
lebih cocok dilakukan terapi perilaku daripada terapi lainnya. Terapis bersikap
direktif, memberi petunjuk yang jelas tentang yang harus dilakukan agar bias
menghasilkan perubahan.
Terapi
perilaku berpandangan bahwa semua perilaku, baik berguna ataupun tidak, normal
atau abnormal, dipelajari melalui pengkondisian operan atau klasik.
Gejala-gejalanya dilihat sebagai perilaku yang tak diinginkan. Tujuan umum
terapi perilaku adalah menghasilkan perubahan perilaku realistis yang
diinginkan melalui pendekatan yang terencana dan konsisten. Terapi perilaku
berasumsi bahwa emosi dan pikiran yang berubah akan otomatis mengikuti perilaku
yang berubah. Ketika kecemasan dan ketakutan terjadi, tujuannya bukanlah
menghilangkan perasaan itu sepenuhnya dari seseorang (tujuan yang tidak mungkin
berhasil), namun membuat perasaan itu ke suatu titik yang bisa dipersepsikan
dan dikelola daripada disingkirkan sama sekali.
Perkakas
utama terapi perilaku adalah terapi paparan dan keterampilan dan pelatihan
pengendalian diri yang masing-masing konsisten dengan prinsip-prinsip
pengkondisian klasik dan pengkondisian operan. Seseorang dengan problem
tertentu biasanya akan dikaji dan dirujuk untuk terapi perilaku jika sesuai. Jika
orang itu dan problemnya sesuai untuk dilakukan terapi perilaku, asesmen
perilaku penuh untuk problem itu akan dilakukan. Hal itu juga dikenal sebagai
analisis perilaku.
Inti
dari pendekatan terapi perilaku adalah manusia bertindak secara otomatis karena
membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi). Misalnya pada
kasus fobia ular, penderita fobia mengasosiasikan ular sebagai sumber kecemasan
dan ketakutan karena waktu kecil dia penah melihat orang yang ketakutan
terhadap ular. Dalam hal ini, penderita telah belajar bahwa "ketika
saya melihat ular maka respon saya adalah perilaku ketakutan".
C.
Langkah-langkah
Terapi Perilaku
1. Asesmen
Seseorang dengan problem tertentu biasanya akan
dikaji dan dirujuk untuk terapi perilaku jika sesuai (lihat bagian Klien mana
yang paling mendapatkan manfaat). Jika orang itu dan problemnya sesuai untuk
dilakukan terapi perilaku, asesmen perilaku penuh untuk problem itu akan
dilakukan (Analisis Perilaku). Terapis menggunakan pendekatan direktif dan
berorientasi masalah, mengajukan pertanyaan langsung kepada klien tentang
masalahnya. Cara yang lebih ilmiah untuk mengkaji dan mengevaluasi lingkup
problem adalah dengan menggunakan kuesioner.
2. Proses
Terapi
Begitu problem target telah dikaji penuh, terapeutik
dimulai. Kemajuan dalam terapi dicapai dengan menjelaskan secara gamblang
kepada klien tentang apa saja yang dilakukan dalam terapi, bagaimana prosesnya
berjalan, apa yang diharapkan dari klien dan bagian yang diperankannya dalam
kemajuannya sendiri. Kesulitan yang diantisipasinya akan dibahas secara terbuka
dan dihasilkan solusinya.
3. Terapi
Paparan
Prinsip paparan selalu sama (seseorang yang takut
anjing, justru akan dipapar anjing). Dengan paparan terus-menerus pada objek
atau situasi yang ditakuti, awalnya kecemasan akan muncul, namun akhirnya
memudar pada level yang bisa ditoleransi. Paparan dilakukan dengan cara yang
terstruktur dan bisa dikelola, selalu dengan pemahaman dan persetujuan klien,
namun juga dengan pemberian rasionalisasi yang jelas.
a. Flooding,
seseorang dipapar pada situasi yang paling ditakuti untuk periode yang lama,
tetap dalam situasi itu hingga ketakutannya mereda.
b. Implosi
(Implosion), seseorang dipapar pada situasi yang paling ditakuti namun hanya
dalam imajinasi
4. Pelatihan
Keterampilan
Pelatihan keterampilan dilakukan setahap demi
setahap. Bidang-bidang umum yang ditangani terapis adalah pelatihan
keterampilan asertif, pelatihan keterampilan social, dan pelatihan keterampilan
seksual. Dalam pemodelan terapis mendemonstrasikan perilaku yang sesuai,
komponen demi komponen, dan mendorong klien mengikuti contoh, memberi masukan
dan pujian jika berkinerja bagus.
5. Pelatihan
Pengendalian Diri
Pelatihan pengendalian diri bertujuan membantu klien
mengendalikan perilaku dan perasannya. Bentuk monitor diri (menyimpan catatan
harian tentang perilaku bermasalah dan keadaan ketika itu terjadi) banyak
digunakan dalam terapi perilaku, sehingga klien bisa mengidentifikasi petunjuk
spesifik yang memicu perilaku bermasalahnya dan didorong untuk berlatih
mengendalikan diri ketika perilaku itu muncul. Klien didorong untuk menghargai
dirinya dengan berbagai cara jika ia bisa mengendalikan diri, maka disebut
penguatan.
6. Format
Sesi Khas
Sesi asesmen utama berbeda dengan sesi yang sedang
berjalan karena dirancang untuk menemukan banyak informasi tentang klien dan
masalahnya. Sesi-sesi berikutnya pada tahap tertentu akan ditentukan oleh sifat
dasar permasalahan tertentu klien, namun akan mengikuti rencana umum. Terapis
menyambut klien dan menegosiasikan agenda untuk sesi-sesi terapi.
D.
Aplikasi
dalam Pendidikan (Contoh Kasus)
Pendekatan
behavioral dapat diaplikasikan menuju proses pembelajaran. Hal yang tampak
terlihat diantaranya sebagai berikut :
a. Bahan yang dipelajari dianalisis
sampai pada unit-unit secara organis.
b. Hasil berlajar harus segera
diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
c. Proses belajar harus mengikuti irama
dari yang belajar.
d. Materi pelajaran digunakan sistem modul.
e. Tes lebih ditekankan untuk
kepentingan diagnostic.
f. Dalam proses pembelajaran lebih
dipentingkan aktivitas sendiri.
g. Dalam proses pembelajaran tidak
dikenakan hukuman.
h. Dalam pendidikan mengutamakan
mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
i.
Tingkah
laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
j.
Hadiah
diberikan kadang-kadang (jika perlu).
k. Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis
kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
l.
Dalam
pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
m. Mementingkan kebutuhan yang akan
menimbulkan tingkah laku operan.
n. Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
o. Melaksanakan mastery learning
yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena
tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu
yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.
DAFTAR PUSTAKA
Palmer,
S. 2010. Konseling dan Psikoterapi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
terima kasih
BalasHapus